0

Mbak, Namanya Siapa?

Posted by Shofwah on 22.01 in
Jum’at Sore, 19 Agustus 2011
Sore itu aku dan kakakku berkunjung ke makam bapakku. Dalam tradisi kami, hari Jum’at sebagai saidul yaum, merupakan hari yang paling baik untuk berkunjung ke makam dan mengirimkan doa pada penghuni makam tersebut. Saya teringat pada cerita-cerita bapak pada masa kecil saya.  Kami, saya dan dua adik saya suka diajak bapak tidur di atas rumah kami yang waktu itu belum dibangun lantai duanya. Kami yang terkadang juga ditemani  sinar bulan suka memandang bintang yang berebaran di langit malam. Kami suka bertanya ini itu pada Bapak. Kadang-kadang kakakku juga ikut-ikutan tidur disamping kami dan mengambil jatah mendongengi kami dengan cerita abu nawas atau fabel. Ceritanya terkadang dibuat-buat, tapi lumayanlah untuk mengisi keheningan malam dan pengantar tidur kami. Lain halnya bapak, beliau suka bercerita tentang para nabi, surga, neraka, dongeng tentang malaikat, setan, dan cerita-cerita berbau religius lainnya.
Salah satu ceritanya adalah bahwa pada hari jum’at, semua penghuni alam barzah diberhentikan siksaannya jika ia masih mempunyai jatah siksa kubur, mereka diberi kesempatan untuk mengunjungi keluarganya, saudara, anak, dan cucunya. Mereka dapat melihat alam dunia, melihat apa yang diperbuat keluarga, anak cucunya di dunia. Sehingga jika keluarga dan anak cucunya banyak berbuat kebajikan, maka mereka akan tersenyum bahagia. Sebaliknya, jika keluarga dan anak cucunya banyak berbuat kebatilan, maka mereka akan menangis sedih. Jika kita datang ke makam dan mengirimkan doa untuk mereka, mereka akan tahu dan merasakan kebahagiaan yang amat besar karena kunjungan dan doa kita. “Maka dari itu, saat orang tua kita sudah di alam barzah, jangan lupa setiap hari menyenangkan hati mereka dengan mengirimkan doa pada mereka. Jasad mereka sudah mati tapi mereka tetap hidup dan berhati. Pada hari jum’at para lelaki dianjurkan mengunjungi kuburan orang tua atau mbah-mbah mereka, bukan hanya sekedar berdo’a, tapi juga menjaga kuburan agar tetap bersih dan terawat”, bapak mengakhiri ceritanya.

Seperti biasa, setiap selesai mengirim doa, kami menyiram makam bapak dengan air sumur dekat pintu gapura makam mbah kyai sholeh (pemangku ponpes Qomaruddin) yang kebetulan dekat dengan makam bapak. Saya yang menimbah air sumurnya, kemudian kakakku yang mondar-mandir menyiramkannya. Saat saya sedang menimbah air, dua anak kecil perempuan bersepeda menghampiri saya. Sambil memasang wajah heran dan penasaran salah satu dari mereka bertanya pada saya, “mbak namanya siapa?”. Saya jawab pertanyaan mereka dengan persembahan senyum termanis saya. Mereka pun membalas senyum saya sambil meringis, lalu tertawa. Saya jadi heran, apa ada yang aneh yah dengan saya?. “Kenapa Uy? mereka ndadak ngefans kamu tah?”, tanya kakak saat saya menyudahi acara timba-menimba. “Hmm, maybe”, sahutku sambil berpikir sejenak. Apa iyaa, hahaha, hati saya tertawa. ”Aku sedang terlihat cantik ya kak?”, tanya saya padanya, dan berharap dia katakan iya, aah dasar perempuan. “Iyoo mungkin, mereka heran, kok ya ada mbak-mbak cantik di sini, makanya pingin kenalan”, sahutnya. Hmm,  sejenak saya mengagumi diri saya sendiri yang saat itu sedang terlihat cantik dengan rok kuning, baju hijau, kerudung kuning dengan daleman hijau. Perfect…

Aah tapi tunggu dulu, sepertinya tiada guna saya mengagumi diri saya sendiri hanya karena merasa cantik pada waktu itu. Dua bulan yang lalu Bapak di rumah peristirahatannya mungkin telah didatangi oleh dua lelaki bernama Munkar dan Nakir. Yang mereka tanyakan bukan hanya nama kan? Dan pada saatnya nanti, mereka tidak akan kagum pada saya karena kecantikan saya (baca: terlihat cantik), apalagi saat itu yang kan kukenakan hanyanya kain takberwarna tanpa pola tanpa gaya. Jika yang mendatangiku pada waktu itu adalah dua anak perempuan kecil yang bertanya padaku dengan tersenyum manis. Bagaimana nanti tampang dua malaikat akan bertanya pada kita? Jika yang ditanya oleh kedua anak perempuan tersebut adalah nama saya. Apa bisa Munkar Nakir hanya bertanya nama, lalu pergi karena yakin kita tidak perlu diuji lagi dengan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Jika dengan senyuman saya, dua anak perempuan tersebut ikut tersenyum. Bagaimana dua orang malaikat nanti menyambut senyum kita, atau malah pertanyaan saya harus diubah, apakah kita masih bisa tersenyum di sana. Wallohu a’lam, semua tergantung amal perbuatan kita selama di dunia. Jika selama di dunia kita seringkali membuat Tuhan senang, di sana nanti kita bisa membuat senang dua malaikat yang dikirimkanNya. Jika selama di dunia kita suka membuat orang tersenyum, mungkin malaikat yang dikirimkan oleh Tuhan akan mendatangi kita dengan rupa bagusnya dan tersenyum.
Ya Allah, berilah cahaya terang bagi Bapak saya di sana. Luaskanlah kuburnya, lebur semua dosanya, ampuni segala khilafnya, dan terima semua amal baiknya. Terimalah doa saya sebagai ganti bakti saya padanya. Aamiin…

0 Comments

Posting Komentar

Copyright © 2009 My Graffiti All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.