Lima tahun, waktu terasa sangat singkat. Lima tahun yang lalu blog ini terakhir diupdate. Tak terasa. Lebih cepat dari real coaster di wahana permainan remaja yang membuat teriak kita pecah saat menaikinya. Bahkan jika dibanding dengan kereta super cepat JR Maglevnya Jepang. Huffft.... Hidup ini singkat yaah.....

Sudah banyak hal yang berlalu. Hasrat mengukir perjalanan hidup ini kok ya runtuh. Teman curhatku ini, dindingnya madih utuh. Tak ada goresan coretan. Padahal kisah itu bisa jadi abadi jika dituangkan dalam tulisan. Apa yang buat RA Kartini dikenal dan dikenang? Tulisannya. Meski umurnya singkat, tapi roh semangatnya berumur panjaaaaaaaang. Itu karena gagasannya dituangkannya dalam surat-surat yang dituliskannya.
 So... ayoooo nulis-nulis lagi. Meski tulisan asal. Meski asal nulis. Meski cuma coretan bualan. Meski cuma curhatan.

Mau bikin telur bali atau telur bumbu kecap? Biasanya, sebelum dibumbuhi, telur harus direbus dulu lalu digoreng dalam keadaan bulat utuh.  Ibu-ibu biasanya sering kerepotan jika menggoreng telur rebus itu. Beberapa waktu dulu, saat ibu-ibu tetanggaku membantu ibuku masak untuk acara 100harian Bapakku, mereka banyak yang takut unt menggoreng telur rebus. Banyak yang takut telur bakal meletus kalau digoreng, kecipratan minyak panasnya, sakit buuu. Ada juga yang takut hasilnya tidak memuaskan, kuning telurnya lepas. Ada juga yang bilang kalau biasanya hasil gorengannya gosong dan tidak merata. Hmm, untungnya ada Mak Sah yang diundang Ibuku unt jadi kapten masaknya. Beliau ahli masak besar (dalam jumlah banyak), termasuk mengatasi masalah-masalah yang dikeluhkan para ibu-ibu tersebut. Inilah tips yang diberikannya,  check it out...

Setahun yg lalu. 
Aku dan adikku sedang asyik berkaca. Datang bapak sambil brtanya, "hafal doa brkaca ndak?". "Neng Uy tidank pernah brdoa pak, kalau berkca", adikku menimpali dengan gaya soknya. "Bagaimana doanya pak?". "Begini, Allahumma ahsin khuluqiy kamaa ahsanta kholqiy. Ya Allah bagusknlah akhlakku sbgaimana Engkau bguskn ats pnciptaanmu pdku".. "Hmm, iya kl kholqnya tampan, cantik..Kalau jelek seperti si U*i* gini, doanya tetep itu? haha*".

10-10-10

Perjalanan bergengsi kami, BSer (Penghuni Baitus Silmy Moslem Apartement)

Diawali dengan Rapat dan berkhayal-khayal ria bakal menemukan hal apa saja di sana, Ranu Kumbolo.

Iftitah

Ranu (danau) Kumbolo merupakan danau yang terletak di lereng gunung tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Semeru, Lumajang. Ranu Kumbolo berada pada ketinggian 2.400 mdpl dengan luas 14 hektare. Danau ini memiliki pemandangan yang sangat eksotis dan memukau  terlebih pada pagi hari bila kita dapat melihat matahari terbit dari celah-celah bukit. Terdapat juga ‘tanjakan cinta’ konon jika pendaki dapat berjalan mendaki tanjakan ini tanpa henti maka konon kabarnya cintanya akan selalu abadi. Terpaku akan cerita keeksotisan pemandangan dan pengalaman yang akan didapat dari Ranu Kumbolo, Jum’at, 8 Oktober 2010 Penghuni BS (BSers) berinisatif untuk melakukan rihlah, Ranu Kumbolo menjadi pilihan tujuannya. Perjalanan yang bergengsi  ini dilaksanakan dalam rangka rihlah, menciptakan suasana kebersamaan yang tidak akan terlupakan oleh semua penghuni BS. Diharapkan moment ini akan meningkatkan ukhuwah, menguji kesetiaan, kepedulian, dan cinta antar penghuni BS. Semua penghuni diwajibkan mengikuti perjalanan penting ini kecuali ada halangan syar’I seperti kesehatan dan kegiatan perkuliahan. So, persiapkan fisik dan mental kita wahai sahabat BS.

Jum’at Sore, 19 Agustus 2011

Sore itu aku dan kakakku berkunjung ke makam bapakku. Dalam tradisi kami, hari Jum’at sebagai saidul yaum, merupakan hari yang paling baik untuk berkunjung ke makam dan mengirimkan doa pada penghuni makam tersebut. Saya teringat pada cerita-cerita bapak pada masa kecil saya.  Kami, saya dan dua adik saya suka diajak bapak tidur di atas rumah kami yang waktu itu belum dibangun lantai duanya. Kami yang terkadang juga ditemani  sinar bulan suka memandang bintang yang berebaran di langit malam. Kami suka bertanya ini itu pada Bapak. Kadang-kadang kakakku juga ikut-ikutan tidur disamping kami dan mengambil jatah mendongengi kami dengan cerita abu nawas atau fabel. Ceritanya terkadang dibuat-buat, tapi lumayanlah untuk mengisi keheningan malam dan pengantar tidur kami. Lain halnya bapak, beliau suka bercerita tentang para nabi, surga, neraka, dongeng tentang malaikat, setan, dan cerita-cerita berbau religius lainnya.